Jumlah Pengunjung

I Dewa Gede Alit Rai Bawa

GIB (GURU IPS BERBAGI).

SMP NEGERI 1 KUTA.

IPS MOTHER OF SCIENCE.

Sabtu, 31 Oktober 2020

PENILAIAN TENGAH SEMESTER


 HASIL PENILAIAN Tengah Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021

KELAS 9.9 
SMP NEGERI 1 KUTA

Anak-Anak Kelas 9.9 yang Bapak cintai dan banggakan, salam sehat semuanya, tetap semangat! dan selalu ikuti protokol kesehatan, dalam masa pandemi ini tidak memungkinkan untuk membagikan raport secara langsung untuk menghindari kerumunan, raport ini belum di tandatangani oleh wali, untuk itu setelah anak-anak kelas 9.9 mendownload raport PTS ini untuk di PRINT OUT dan ditandatangani oleh orang tua/wali, setelah itu baru dikumpulkan dan akan ditandatangani oleh wali langsung stempel basah, untuk pengumpulan raport PTS akan ditentukan kemudian, terima kasih. 

Senin, 2 November2020

Wali Kelas 9.9

I Dewa Gede Alit Rai Bawa, S.Pd.M.Pd


silakan download berdasarkan nama siswa yang tertera!!!




































*TERIMA KASIH*


Senin, 26 Oktober 2020

PENGARUH PERUBAHAN RUANG DAN INTERAKSI ANTARRUANG DI ASIA DAN BENUA LAINNYA


 Perubahan ruang dan interaksi antarruang menimbulkan berbagai pengaruh. Pengaruh tersebut, antara lain sebagai berikut.

1.     Pengaruh Perubahan dan Interaksi Ruang Antarnegara Terhadap Kehidupan Ekonomi
Interaksi antarruang terjadi karena adanya kebutuhan yang salah satunya adalah kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak mampu diproduksi oleh suatu negara. Negara yang memasok kebutuhan tersebut memperoleh keuntungan ekonomi dari barang dan jasa yang dipasoknya. Keuntungan tersebut menguntungkan negara karena banyak tenaga kerja yang terlibat dan diperolehnya devisa dari hasil penjualannya. Bagi negara yang dipasok kebutuhannya, keuntungan diperoleh dari barang dan jasa yang diperolehnya. Barang dan jasa tersebut dapat berupa barang konsumtif maupun untuk keperluan produksi, misalnya mesin-mesin industri.
2.     Pengaruh Perubahan dan Interaksi Ruang Antarnegara Terhadap Kehidupan Sosial
Interaksi antarnegara dan benua juga melibatkan manusia sebagai pelakunya. Interaksi sosial antarmanusia yang memiliki kehidupan sosial berbeda kemudian terjadi. Interaksi tersebut dapat terjadi dengan saling bertemu atau melalui media komunikasi. Kehidupan sosial dapat berubah karena adanya pengaruh dari interaksi tersebut. Sebagai contoh adanya wisatawan dari negara lain yang datang ke Indonesia.
3.     Pengaruh Perubahan dan Interaksi Ruang Antarnegara Terhadap Kehidupan Budaya
Saat ini interaksi antarruang tidak hanya bertemu secara fisik melalui tatap muka. Media transportasi dan komunikasi membuat interaksi ruang dapat terjadi lebih intensif. Kondisi ini membuat interaksi antarmasyarakat dengan budaya yang berbeda semakin sering terjadi. Kemajuan teknologi transportasi juga mendukung terjadi interaksi budaya secara langsung melalui pertemuan antarmasyarakat dengan budayanya secara fisik. Kemajuan teknologi komunikasi sangat mendukung interaksi budaya secara tidak langsung.
Peristiwa budaya dari suatu masyarakat dengan mudah dapat disaksikan oleh masyarakat di daerah yang berbeda. Budaya tersebut kemudian mempengaruhi budaya masyarakat yang menyaksikannya.
4.     Pengaruh Perubahan dan Interaksi Ruang Antarnegara Terhadap Kehidupan Politik
Interaksi antarruang juga mempengaruhi kehidupan politik suatu negara. Kehidupan politik suatu negara seringkali dipengaruhi oleh negara lain. Sistem pemerintahan dan sistem demokrasi yang dipilih banyak negara saat ini adalah hasil pengaruh dari negara lain yang lebih dulu mengembangkannya. Walaupun ada penyesuaian tetapi secara umum biasanya mengacu pada sistem pemerintahan dan demokrasi negara tertentu.
5.     Pengaruh Perubahan dan Interaksi Ruang Antarnegara Terhadap Pendidikan
Perubahan dan interaksi ruang antarnegara berpengaruh terhadap pendidikan Banyak negara berkembang mengirim pelajar dan mahasiswa ke negara-negara maju. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di negara-negara berkembang. Negara maju juga banyak yang menyediakan fasilitas beasiswa bagi negara-negara lainnya yang masih berkembang.

Minggu, 18 Oktober 2020

DINAMIKA PENDUDUK

DINAMIKA PENDUDUK BENUA-BENUA DI DUNIA


Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi dinamika penduduk adalah jumlah penduduk yang berubah yang dikarenakan oleh beberapa faktor yakni antara lain kelahiran, kematian, dan migrasi.

1.     Dinamika Penduduk Asia
Benua Asia memiliki jumlah penduduk terbanyak di antara benua-benua lain. Berdasarkan data dari World Population Data Sheet tahun 2018, jumlah penduduk Asia mencapai 4.536 juta jiwa, atau sekitar 59,6% dari populasi total dunia.
Penduduk Asia tersebar tidak merata. Beberapa negara di Asia merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia, seperti Tiongkok, India, dan Indonesia. Wilayah dengan jumlah dan kepadatan penduduk tinggi terlihat di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan. Wilayah pedalaman Asia relatif lebih jarang penduduknya.
Berdasarkan 2018 World Population Data Sheet dari sepuluh besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak, lima di antaranya adalah negara di Benua Asia, yaitu sebagai berikut.

10 Besar Negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak
No.
Nama Negara
Jumlah Penduduk (juta jiwa)
1.
Tiongkok
1.394
2.
India
1.371
3.
Amerika Serikat
328
4.
Indonesia
265
5.
Brasil
209
6.
Pakistan
201
7.
Nigeria
196
8.
Bangladesh
166
9.
Rusia
147
10.
Meksiko
131
Sumber: 2018 World Population Data Sheet

Kuallitas penduduk di Asia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI). Indeks Pembangunan Manusia adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.
HDI diukur berdasarkan pada tiga aspek utama, yaitu:
a.     Tingkat Harapan Hidup (Longevity)
Aspek ini mengukur tingkat kelahiran dan kesehatan masyarakat di suatu negara.
b.     Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
Aspek ini mengukur tingkat pendidikan dan tingkat melek huruf (literacy rate) masyarakat suatu negara, berapa banyak yang memperoleh pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
c.     Kualitas Hidup
Aspek ini mengukur tingkat Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB).
     
Dari pengukuran aspek-aspek HDI di atas, maka HDI suatu negara menurut UNDP report dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu:
a.    Very High Human Development (sangat tinggi)
Negara yang masuk golongan ini berarti sangat memperhatikan pembangunan manusianya. Negara yang masuk golongan ini harus memiliki tingkat HDI antara 0,8 sampai 1 (dalam rasio 0 sampai 1). Contoh negara Asia yang masuk golongan ini berdasarkan HDI tahun 2015 adalah Singapura (0,925), Hongkong (0,917), Jepang (0,903), dan Korea (0,901).
b.    High Human Development (tinggi)
Masing-masing negara bisa masuk golongan ini hanya jika memiliki HDI berkisar 0,70 sampai 0,79. Umumnya negara yang masuk golongan ini memperhatikan tingkat pembangunan manusianya. Negara Asia yang masuk dalam golongan ini contohnya adalah Oman (0.796), Malaysia (0.789), dan Thailand (0.740).
c.     Medium Human Development (menengah)
Negara yang masuk golongan ini harus memiliki tingkat HDI antara 0,55 sampai 0,69. Negara golongan ini sudah mulai memperhatikan pembangunan manusianya. Biasanya negara yang masuk golongan ini adalah negara-negara berkembang. Contoh negaranya adalah Indonesia (0.689)Filipina (0.682), dan India (0.624).
d.    Low Human Development (rendah)
Negara yang masuk golongan ini memiliki HDI antara 0 sampai 0,54. Negara yang masuk golongan ini kurang dalam memperhatikan pembangunan manusianya. Contoh negaranya adalah Afghanistan (0.479).

Dilihat dari komposisi berdasarkan ras, penduduk di Benua Asia terdiri atas tiga ras utama yaitu Ras Mongoloid, Ras Kaukasoid, dan Ras Negroid. Tipe ras tersebut telah bercampur baur sehingga mengalami proses asimilasi antara satu dan lainnya. Dalam wilayah tertentu masih terdapat ras yang dominan sebagai berikut.
a.    Di Asia Timur, termasuk Asia Tenggara dominan ras Mongoloid.
Di Asia Selatan bagian utara dominan ras Kaukasoid, sedangkan di bagian selatan dominan ras campuran Kaukasoid-Negroid (Dravida, di India Selatan dan Sri Lanka)
b.    Di Asia Utara dan Asia Tengah didominasi oleh ras Kaukasoid
c.     Di Asia Barat atau Timur Tengah bagian utara dominan ras Kaukasoid dan telah terjadi proses asimilasi antara ras Kaukasoid dan ras Negroid, sedangkan di bagian selatan khususnya di Semenanjung Arab dominan ras Negroid.

Asia memiliki budaya yang sangat beragam. Asia merupakan tempat lahirnya agama-agama besar di dunia, seperti Hindu, Sikh, Konfusianisme, Taoisme, Shinto, Buddha, Islam, Kristen, dan Yahudi. Agama- agama yang lahir di Asia kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Asia dan dunia.
Agama Islam banyak dianut di negara Asia Barat, Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Bangladesh. Agama Hindu banyak dianut di India dan Nepal. Agama Budha dianut di bagian timur India dan Thailand. Penganut agama Kristen terutama di Cyprus, Lebanon, dan Filipina. Ajaran Kong Hu Cu di Cina dan Shinto di Jepang.


2.     Dinamika Penduduk Amerika
Berdasarkan data dari World Population Data Sheet tahun 2018, jumlah penduduk Benua Amerika mencapai 1.014 juta jiwa.
Sebaran penduduk Amerika tidak merata. Konsentrasi penduduk Amerika berada di bagian timur dan barat Amerika Serikat, Amerika Tengah dan Karibia, serta bagian barat dan timur Amerika Selatan. Bagian tengah Benua Amerika umumnya lebih rendah kepadatan penduduknya. Demikian halnya dengan wilayah paling utara dan paling selatan. Kedua wilayah tersebut mendekati kutub utara dan kutub selatan.
Kualitas penduduk berdasarkan HDI 2015 sebagai berikut.
a.    Very High Human Development (sangat tinggi)antara 0,8 sampai 1
Negara di Benua Amerika yang masuk golongan ini antara lain Kanada (0.920) dan Amerika Serikat (0.920).
b.    High Human Development (tinggi)berkisar 0,70 sampai 0,79
Negara di Benua Amerika yang masuk golongan ini antara lain Uruguay (0.795), Panama (0.788), Venezuela (0.767), Kolombia (0.727).
c.     Medium Human Development (menengah)antara 0,55 sampai 0,69
Negara di Benua Amerika yang masuk golongan ini antara lain Paraguay (0.693), Bolivia (0.674), Nikaragua (0.645)
d.    Low Human Development (rendah)antara 0 sampai 0,54
Negara di Benua Amerika yang masuk golongan ini antara lain Haiti (0.493).

Suku Indian merupakan peduduk asli Amerika. Namun jumlah mereka terus menyusut karena terdesak perkembangan orang-orang kulit putih yang berdatangan ke Amerika sejak abad ke-15. Penduduk asli lainnya adalah suku Eskimo. Penduduk pendatang berasal dari berbagai benua yang terdiri atas tiga ras utama, yaitu Ras Negroid dari Afrika, ras Mongoloid dari Asia, dan ras Kaukasoid yang berkulit putih dari Eropa. Dalam perkembangannya penduduk pendatang dan penduduk asli saling berbaur hidup bersama sehingga dapat dijumpai adanya penduduk campuran.

Bahasa yang digunakan penduduk Amerika adalah bahasa Portugal (di Brasil), bahasa Belanda (di Suriname), bahasa Spanyol (di Argentina, Chili, Kolombia, Kosta Rica, Kuba, Dominika, Ekuador, El Savador, Venezuela, Peru, Panama, Nikaragua, dan Meksiko), serta bahasa Inggris (di Amerika Serikat, Bahama, Barbados, Kanada, Guyana, Saint Lucia, St. Crhisthoper, dan Jamaika).

3.     Dinamika Penduduk Eropa
Berdasarkan data dari World Population Data Sheet tahun 2018, jumlah penduduk Benua Eropa mencapai 746 juta jiwa.
Penduduk Eropa tersebar di sejumlah wilayah. Umumnya konsentrasi penduduk berada di Eropa Utara, Selatan, dan Barat. Konsentrasi penduduk tampak pada kota-kota besar dan sekitarnya, seperti Amsterdam, Brussel, London, Madrid, dan Warsawa. Di Jerman, konsentrasi penduduk tidak hanya sekitar pantai tetapi juga sampai pedalaman mengingat banyak kota dan industri yang dibangun sampai ke daerah pedalaman benua. Demikian halnya dengan Kota Madrid yang berada jauh di pedalaman, memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi.
Penduduk Eropa umumnya memiliki kualitas hidup sangat tinggi dan tinggi. Negara di Eropa dengan kualitas penduduk sangat tinggi umumnya berada di Eropa Barat, Utara, dan Selatan, sedangkan untuk Eropa timur kualitasnya tergolong tinggi. Negara dengan kualitas penduduk sangat tinggi di antaranya Inggris, Jerman, Perancis, dan Spanyol. Negara dengan kualitas penduduk tinggi di antaranya adalah Rumania, Ukraina, dan Bulgaria.
Penduduk Eropa sangat beragam, namun sebagian besar penduduknya termasuk keturunan induk bangsa Kaukasoid yang terbagi menjadi beberapa suku bangsa. Berdasarkan ras dan ciri fisiknya, penduduk Eropa dikelompokkan menjadi lima suku bangsa, yaitu sebagai berikut.
a.    Bangsa Nordik, ciri fisik suku bangsa ini memiliki rambut pirang, mata biru, tengkorak panjang, dan muka sempit. Mereka banyak tinggal di Eropa Barat dan Eropa Utara, yaitu Norwegia, Inggris, Denmark, Belanda, Swedia, Belgia, dan Jerman bagian utara.
Bangsa Alpen, ciri fisik memiliki rambut hitam, mata hitam, tengkorak lebar, dan tidak terlalu tinggi. Suku bangsa ini banyak terdapat di Eropa Tengah dan Eropa Selatan, yaitu Perancis, Swiss, Polandia, Austria, dan Jerman bagian selatan.
b.    Bangsa Mediteran, ciri fisik memiliki rambut hitam, mata hitam, badan dan tengkorak menyerupai bangsa Nordik, terdapat di kawasan Eropa Selatan, yaitu Yunani, Italia, Portugis, dan Spanyol.
c.     Bangsa Slavia, ciri fisik menyerupai bangsa Alpen. Mereka banyak tinggal di Eropa Timur yaitu Kroasia, Bulgaria, Serbia, Montonegro, Ceko, Rusia, Ukraina, dan Slovakia.
d.    Bangsa Dinarik, ciri memiliki rambut gelap dan banyak terdapat di Rumania.

4.     Dinamika Penduduk Afrika
Berdasarkan data dari World Population Data Sheet tahun 2018, jumlah penduduk Benua Afrika mencapai 1.284 juta jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Afrika sangat tinggi, yaitu 2,5% per tahun.
Sebaran penduduk Benua Afrika juga tidak merata. Wilayah tertentu hampir tidak berpenghuni yaitu di wilayah gurun. Wilayah dengan kepadatan tinggi terdapat di bagian utara Afrika Utara, sebagian Afrika Barat, bagian timur Afrika Selatan, sepanjang lembah Sungai Nil dan seterusnya. Wilayah dengan kepadatan rendah terdapat di Gurun Sahara dan bagian tengah Tengah Afrika.
Kualitas penduduk Afrika umumnya relatif rendah. Berdasarkan kriteria Human Development Index (HDI), tidak ada satu negara pun yang memiliki kualitas penduduk yang tergolong sangat tinggi. Beberapa negara memiliki kualitas penduduk yang tinggi seperti Aljazair dan Tunisia. Negara yang kualitas penduduknya tergolong sedang antara lain Mesir, Afrika Selatan, dan Namibia. Negara dengan kualias penduduk rendah di antaranya adalah Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Chad.
Sebagian besar penduduk Benua Afrika adalah keturunan negro yang berkulit hitam. Hal inilah yang menyebabkan Benua Afrika mendapat julukan Benua Hitam. Bangsa Negro di Afrika dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu Negro Sudan dengan ciri kulit hitam, bibir tebal, dan rambut keriting, Golongan kedua adalah Negro Bantu dengan ciri seperti Negro Sudan tetapi kulitnya lebih terang.
Secara garis besar penduduk Afrika digolongkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut.
a.    Ras Negro yang mendiami sebelah selatan Gurun Sahara merupakan penduduk mayoritas. Ras negro ini terdiri atas beberapa suku bangsa seperti Suku Masai, Suku Kikuyu, Suku Zulu, Suku Sudan, dan Suku Bantu.
b.    Ras Kaukasoid dari keturunan Arab yang mendiami Afrika Utara. Ras ini terdapat di sepanjang pantai Laut Tengah dan terdiri atas dua suku bangsa yaitu suku bangsa Semit dan suku bangsa Hamid.
c.     Ras Kaukasoid dari keturunan Eropa dengan kulit putih, keturunan Eropa ini jumlahnya sedikit dan banyak tinggal di Afrika Selatan.
d.    Suku pribumi merupakan penduduk asli yang banyak tinggal di daerah-daerah pedalaman. Suku pribumi terdiri atas Suku Pygmy di hutan Kongo, Suku Bushman di Gurun Kalahari, dan Suku Hottentot di Afrika Selatan.
Benua Afrika memiliki keragaman bahasa yang sangat tinggi. Namun terdapat bahasa utama yang digunakan yaitu Arab, Swahili, dan Hausa. Diperkirakan jumlah bahasa yang digunakan mencapai 1.500-2.000 bahasa. Dari jumlah tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a.    Afro-Asiatika, meliputi Afrika bagian utara, jumlahnya sekitar 200 bahasa.
b.    Nilo-Saharan, mencakup wilayah Tengah dan Timur Afrika, jumlahnya mencapai sekitar 140 bahasa.
c.     Congo-Saharan (Niger-Congo), mencakup dua pertiga Afrika sebagai cabang utama Niger-Congo, jumlahnya mencapai 1000 bahasa dengan 200 juta penutur. Bahasa Bantu di Tengah, Selatan dan Timur Afrika membentuk sub-kelompok dari cabang Niger-Congo.
d.    Khoisan, mencakup bagian barat Afrika Selatan, jumlahnya sekitar 30 bahasa.


5.     Dinamika Penduduk Australia
Berdasarkan data dari World Population Data Sheet tahun 2018, jumlah penduduk Australia dan Oseania mencapai 41 juta, untuk negara Australia sendiri 24,1 juta jiwa.
Dengan luas 8.945.000 km2 berarti kepadatan penduduk di Australia adalah 3 orang untuk setiap satu kilometer persegi.
Meskipun Australia merupakan negara yang amat luas, tetapi tidak banyak daerah yang cocok untuk daerah hunian. Daerah-daerah yang paling sesuai untuk hunian adalah daerah pantai yang iklimnya nyaman dan curah hujannya cukup. Daerah pantai Australia sebelah Utara tidak dihuni oleh banyak penduduk karena iklim tropisnya sangat kering, sedangkan daerah pedalaman dan daerah pantai Barat Australia terlalu gersang. Kebanyakan orang Australia, yakni lebih dari 85% tinggal di kota kecil dan kota besar. Kota-kota tersebut pada umumnya terletak di tepi pantai.
Australia merupakan negara sekaligus benua dengan kualitas penduduk yang sangat tinggi. HDI pada tahun 2015 sebesar 0.939 merupakan tertinggi kedua setelah Norwegia.
Sebagian besar (92%) penduduk Australia adalah bangsa kulit putih atau ras kaukasoid, selebihnya adalah dari Asia (7%), Aborigin dan lainnya (1%). Bangsa kulit putih umumnya adalah dari Eropa yang sebagian besar berasal dari Inggris dan Irlandia, sisanya dari Italia, Belanda, dan Skotlandia, Jerman, dan Yunani. Penduduk yang berasal dari Asia, sebagian besar dari China dan India.

 

MOBILITAS SOSIAL

 

1.     Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial 
Mobilitas sosial merupakan perpindahan status atau kedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu struktur sosial yang berdimensi vertikal, artinya mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur sosial masyarakatnya.
a  Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka
Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa social climbing ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif dalam melakukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka adalah sebagai berikut:
1)   Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal.
2)   Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada hambatan-hambatan.
3)   Setiap masyarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang berlaku umum bagi setiap masyarakat.
4)   Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang berbeda-beda.
5)   Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju mobilitas sosial.
b.   Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup 
Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan.
Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut berada.
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut.
a.   Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi manajer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
b.   Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
c.   Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

2.     Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial 
a.   Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1)   Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut.
 a)  Struktur Pekerjaan
Di setiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
b)   Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah.
c)   Ekonomi Ganda
Suatu negara mungkin saja menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contohnya di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
2)   Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor individu meliputi:
a)   Perbedaan Kemampauan
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
b)   Orientasi Sikap terhadap mobilitas
Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
c)   Faktor kemujuran
Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan.
3)   Status Sosial 
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
4)   Keadaan Ekonomi 
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggalnya tandus dan kekurangan sumber daya alam, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas
5)   Situasi Politik 
Situasi politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
6)   Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesat mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
7)   Keinginan Melihat Daerah Lain 
Adanya keinginan melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
8)   Perubahan kondisi sosial 
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbulkan stratifikasi baru.
9)   Ekspansi teritorial dan gerak populasi 
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan ciri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
10)  Komunikasi yang bebas 
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
11)  Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
12)  Kemudahan dalam akses pendidikan 
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

b.   Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut.
1)   Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.
2)   Diskriminasi Kelas
Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
3)   Perbedaan Ras dan Agama
Mobilitas sosial dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan perbedaan status sosial. Berikut ini beberapa contohnya.
a)   Perbedaan tingkat ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan. Ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam berada di pemerintahan sebagai penguasa. Namun, setelah politik apartheid berakhir, Nelson Mandela dari kalangan kulit hitam menjadi Presiden Afrika Selatan.
b)   Sistem kasta di India. Sistem tersebut tidak memungkinkan seseorang yang berasal dari kasta rendah dapat naik ke kasta yang paling tinggi.
c)   Dalam agama, seseorang tidak dibenarkan dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah agama untuk mencapai status tertentu.
4)   Perbedaan jenis kelamin (Gender)
Dalam masyarakat, pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dalam mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
5)   Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat
Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
6)   Perbedaan Kepentingan
Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.

3.     Saluran-Saluran Mobilitas Sosial 
Menurut Pitirim A Sorokin, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa  saluran berikut.
a.   Angkatan Bersenjata
Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasanya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik ke status yang lebih tinggi.
b.   Pendidikan
Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan seseorang bisa mengubah statusnya dari status di strata bawah ke status strata atas.
c.   Organisasi Politik
Seorang anggota partai politik yang profesional dan mempunyai dedikasi yang tinggi serta loyal terhadap partainya, kemungkinan besar akan cepat mendapat status dalam partainya, bahkan mendapat peluang yang besar menjadi anggota dewan legislatif maupun ekseskutif.
d.   Lembaga Keagamaan
Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat, tetapi pemuka-pemuka agama dipandang memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.
e.   Organisasi ekonomi
Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa pada umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal karena dalam organisasi ini posisi sosial bersifat relatif terbuka.
f.    Organisasi Profesi
Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal antara lain Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dan lain sebagainya.
g.   Perkawinan
Melalui perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya, seorang wanita yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja menikah dengan pria yang status sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan naiknya status sosial ekonomi wanita tersebut.
h.   Organisasi Keolahragaan
Melalui organisasi keolahragaan seseorang dapat meningkatkan statusnya ke strata yang lebih tinggi.

4.     Cara umum memperoleh status
Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh status sosial, yaitu melalui askripsi dan melalui prestasi.
a.   Askripsi, yaitu cara memperoleh kedudukan melalui kelahiran, contohnya sistem kasta dan gelar kebangsawanan.
b.   Prestasi, yaitu cara memperoleh status atau kedudukan dengan usaha sendiri.

5.     Cara khusus untuk menaikan status
Secara khusus, cara-cara yang digunakan untuk menaikkan status sosial adalah sebagai berikut
a.   Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktikkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
b.   Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan “kang” di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti “Raden”.
c.   Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
d.   Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: seperti yang telah disebutkan di atas.
e.   Bergabung dengan organisasi tertentu
Untuk meningkatkan statusnya seseorang dapat bergabung dengan organisasi tertentu, sebagai contoh bergabung dengan organisasi yang berkelas.

6.     Dampak Mobilitas Sosial 
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai berikut.
a.   Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
b.   Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
c.   Keretakan hubungan antaranggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.

Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
a.   Dampak Positif
1)   Mendorong Seseorang untuk lebih maju
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2)   Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik
 Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
3)   Meningkatkan Intergrasi Sosial
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi soaial.

b.   Dampak Negatif
1)   Timbulnya Konflik 
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a)   Konflik Antarkelas
Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas. 
b)   Konflik Antarkelompok Sosial 
Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa:
(1)  Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern.
(2)  Proses suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang.
c)   Konflik Antargenerasi
Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
2)   Berkurangnya Solidaritas Kelompok
Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yang mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya.
3)   Timbulnya Gangguan Psikologis
Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut.
a)   Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
b)   Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya.
c)   Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.