Jumlah Pengunjung

Selasa, 24 November 2020

PLURALITAS MASYARAKAT INDONESIA



1.   Pengertian
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis, golongan, agama, tingkat sosial yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik. Secara horizontal masyarakat Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaanperbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa seperti suku bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku bangsa Batak, suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Dayak, dan masih banyak yang lain. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara para ahli tentang indonesia.
Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing. Sedangkan Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Menurut penelitian Badan Pusat Statistik (BPS), yang di lakukan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa.
Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat unsur-unsur keragaman pada masing-masing suku bangsa tersebut. Namun seberapa jumlah suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk/pluralis.


2.   Faktor Penyebab Keberagaman Bangsa Indonesia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pluralitas masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a.   Letak strategis wilayah Indonesia
Letak Indonesia yang berada di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta di antara dua benua yaitu Asia dan Australia mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi jalur perdagangan internasional. Selain membawa komoditas dagang, lalu lintas perdagangan juga pengaruh terhadap kebudayaan Indonesia. Kedatangan bangsa asing yang berbeda ras, kemudian menetap di Indonesia mengakibatkan kemajemukkan ras, agama, dan bahasa.
b.   Kondisi negara kepulauan
Negara Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang secara fisik terpisah-pisah. Keadaan ini menghambat hubungan antarmasyarakat dari pulau yang berbeda-beda. Setiap masyarakat di kepulauan mengembangkan budaya mereka masing-masing, sesuai dengan tingkat kemajuan dan lingkungan masing-masing. Hal ini mengakibatkan perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, serta peranan laki-laki dan perempuan.
c.    Perbedaan kondisi alam
Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan, daerah subur, padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa, dan laut mengakibatkan perbedaan masyarakat. Selain itu juga terjadi perbedaan kondisi kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang hidup di sekitarnya. Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok, pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan.
d.   Keadaan transportasi dan komunikasi
Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga memengaruhi perbedaan masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa masyarakat mudah berhubungan dengan masyarakat lain, meskipun jarak dan kondisi alam yang sulit. Sebaliknya sarana yang terbatas juga menjadi penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
e.   Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat membawa pengaruh terhadap perbedaan masyarakat Indonesia. Ada masyarakat yang mudah menerima orang asing atau budaya lain, seperti masyarakat perkotaan. Namun ada juga sebagian masyarakat tetap bertahan pada budaya sendiri.

3.   Keberagaman Suku
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaan. 
Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian daerah, dan tempat asal.
Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, Suku Batak, dan Suku Madura adalah kelompok terbesar berikutnya.
Banyak suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua atau Melanesia.
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka merupakan subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula suku Baduy dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.
Proporsi populasi jumlah suku bangsa di Indonesia menurut sensus 2010 sebagai berikut.
Suku Bangsa
Populasi (juta)
Persentase
Kawasan Utama
Suku Jawa
95,2
40,2
Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung
Suku Sunda
36,7
15,5
Jawa Barat
Suku Batak
8,5
3,58
Sumatra Utara
Suku Madura
7,2
3,03
Pulau Madura
Suku Betawi
6,8
2,88
Jakarta
Suku Minangkabau
6,5
2,73
Sumatra Barat, Riau
Suku Bugis
6,3
2,69
Sulawesi Selatan
Suku Melayu
5,3
2,27
Sumatra dan Kalimantan; terutama di Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, dan Kalimantan Barat
Suku Arab
5,0
2,10
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, dan Sumatra
Suku Banten
4,6
1,97
Banten
Suku Banjar
4,1
1,74
Kalimantan Selatan
Suku Bali
3,9
1,67
Pulau Bali
Suku Sasak
3,1
1,34
Pulau Lombok, Pulau Sumbawa
Suku Dayak
3,0
1,27
Pulau Kalimantan
Suku Tionghoa
2,8
1,20
Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi
Suku Makassar
2,7
1,13
Sulawesi Selatan
Suku Cirebon
1,9
0,79
Jawa Barat

4.   Keberagaman Agama dan Kepercayaan
Indonesia tidak hanya memiliki suku bangsa yang beragam, namun juga memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Terdapat enam agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Berdasarkan data yang ada, mayoritas masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Di samping agama yang resmi, di Indonesia juga tumbuh dan berkembang suatu keyakinan yang disebut dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan adanya keberagaman agama di Indonesia, masyarakat Indonesia harus menghargai perbedaan yang ada. Hal tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang menjamin masyarakat memiliki kemerdekaan di dalam beragama. Setiap individu dibebaskan untuk menganut agama yang dipilihnya. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi agama. Setiap individu harus menghormati dan memelihara toleransi terhadap kepercayaan masing-masing.

5.   Keberagaman Ras
Ras diartikan sebagai rumpun bahasa atau menunjuk pada golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Ras adalah sebuah kategori dalam antropologi fisik untuk menentukan kelompok orang dari asal yang sama.
   A.L. Kroeber, ahli antropologi Amerika menjelaskan bahwa ras manusia di dunia dibagi dalam lima golongan ras, sebagai berikut.
a.   Austroloid, yaitu penduduk asli Australia (Aborigin).
b.   Mongoloid,  yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika terdiri atas Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur), Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan), serta American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
c.   Kaukasoid, yaitu penduduk asli wilayah Eropa,  sebagian Afrika, dan Asia, antara lain Bordir (Eropa Utara dan sekitar Laut Baltik), Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur), Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran), serta India (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka).
d.   Negroid, yaitu penduduk wilayah Afrika dan sebagian Asia meliputi African Negroid (Benua Afrika), Negeri (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya atau orang Semang, dan Filipina), serta Melanesia (Iran dan Melanesia).
e.   Ras-ras khusus, yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam empat ras pokok tersebut adalah ras Budiman (penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan), Veddoid (penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan), Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia), serta Ainu (penduduk di daerah Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
  
   Berdasarkan klasifikasi A.L. Krober, bangsa Indonesia terdiri atas beberapa ras, yaitu ras Malayan Mongoloid, Melanesian, Negroid, dan Veddoid. Berikut uraian penggolongan ras orang Indonesia.
a.   Ras Mongoloid
Ciri-cirinya: rambut ikal atau lurus, dan muka bulat. Golongan ini terdiri atas golongan Melayu Tua (Proto Melayu) terdiri atas suku Batak, suku Toraja, dan suku Dayak. Adapun golongan Melayu Muda (Deutro Melayu)  terdiri atas suku Jawa, Bali, dan Banjar.   
b.   Ras Melanesian
Ciri-cirinya: rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam. Penduduk Indonesia yang termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
c.    Ras Negroid
Ciri-cirinya: rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit hitam. Persebarannya di Semenanjung Malaka dan sekitarnya serta orang Mikrosopi di Pulau Andaman.
d.   Ras Veddoid
Ciri-cirinya: kulit sawo matang dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang Saksi di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.

6.   Keberagaman Antargolongan
Keberagaman masyarakat di Indonesia dapat dilihat dari struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat Indonesia menurut Syarif Moeis ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang. Pertama, secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Secara vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Dalam sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu disebut  ”Social Stratification” atau biasa disebut dengan kelas sosial. Adanya perbedaan kelas dalam lapisan masyarakat menyebabkan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara bertingkat. Hal itu diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial. Dengan demikian, dalam kelas sosial terdapat pengolongan manusia secara bertingkat atas dasar kedudukan atau status sosial sehingga menyebabkan perbedaan antara hak dan kewajiban.
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman masyarakat ditandai adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Kelompok-kelompok tersebut dapat berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-golongan di masyarakat. Setiap golongan terdiri dari atas dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.
Keberagaman antargolongan tidak boleh menyebabkan terjadinya perselisihan dan perpecahan di masyarakat. Adanya keberagaman antargolongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa misalnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh karena itu, ciri golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional.
Meskipun berbeda-beda golongan namun seluruh warga negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus selalu dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

7.   Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Memahami keberagaman dalam masyarakat Indonesia ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa kesadaran akan keberagaman yang kita miliki, bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan. Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Dampak positif memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan kehancuran bangsa dan negara. Bagi bangsa Indonesia keberagaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan antargolongan merupakan kekayaan bangsa yang sangat berharga. Meskipun berbeda-beda suku bangsa, adat istiadat, ras, dan agama kita tetap bersatu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keberagaman bukan merupakan unsur perpecahan namun justru yang menciptakan kesatuan bangsa. Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan  suku, adat istiadat, ras dan agama untuk menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia. Tuhan menciptakan manusia dengan berbeda-beda bukan untuk saling bermusuhan melainkan untuk saling mengenal dan bersaudara. Hal tersebut sesuai dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia yang terdapat pada lambang negara Republik Indonesia, yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan: Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, adat-istiadat, ras dan agama yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan dan kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna meskipun bangsa Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, adat istiadat, ras dan agama namun keseluruhannya itu merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia, dimana kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit dan lain-lain. Tanpa adanya kesadaran sikap dan perilaku untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika pasti akan terjadi perpecahan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena setiap orang hanya akan hanya mementingkan diri atau daerahnya sendiri daripada kepentingan bangsa dan negara.

0 komentar:

Posting Komentar